MAKALAH
TITRASI
PENGENDAPAN
DISUSUN OLEH:
FIRAWANSYAH
(1406103040021)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
TAHUN AJARAN
2015 / 2016
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah larut
antara titran dan analit.
Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.
Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah
melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida (Cl-, I-,
Br-) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut
sebagai Argentometri yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida
(pada umumnya) dengan menggunakan larutan standar perak nitrat (AgNO3). Titrasi
argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan ion halida akan tetapi juga dapat dipakai untuk menentukan merkaptan (tioalkohol),
asam lemak, dan beberapa anion divalent seperti ion fosfat PO43-
dan ion arsenat AsO43-.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan
endapan yang tidak mudah larut antara
titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titrat akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang
tidak mudah larut AgCl.
Ketajaman
titik ekiuvalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk dari reaksi
antara analit dan titrat. Endapan dengan kelarutan yang kecil akan menghasilkan
kurva titrasi argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi sehingga titik
ekuivalen mudah ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan rendah akan
menghasilkan kurva titrasi yang landai sehingga titik ekuivalen agak sulit
ditentukan. Hal ini analog dengan kurva titrasi antara asam kuat dengan basa
kuat dan antara asam lemah dengan basa kuat. Untuk lebih jelasnya kita akan
membahas lebih lanjut tentang titrasi pengendapan.
1. Apa yang
dimaksud dengan titrasi pengendapan?
2. Jelaskan faktor-faktor
yang menpengaruhi kelarutan dalam titrasi pengendapan?
3. Jelaskan
macam-macam metode dalam titrasi pengendapan (argentometri)?
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan titrasi pengendapan.
2. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan dalam titrasi pengendapan.
3. Untuk
mengetahui macam-macam metode dalam titrasi pengendapan.
1.
Sehingga mempermudah mengetahui apa yang dimaksud
dengan titrasi penendapan.
2.
Sehingga mempermudah mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kelarutan dalam titrasi pengendapan.
3.
Sehingga mempermudah mengetahui macam-macam metode
dalam titrasi pengendapan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Titrasi Pengendapan
Titrasi
pengendapan atau Argentometri adalah penetapan kadar zat yang didasarkan atas
reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran larutan titer
perak nitrat.
Pada
argentometri, ion perak memegang peranan penting dalam pembentukan endapan,
cara ini dipakai untuk penetapan kadar ion halida, anion yang dapat membentuk
endapan garam perak, atau untuk penetapan kadar perak tersebut.
Reaksi yang
menghasilkan endapan dapat digunakan untuk analisis secara titrasi jika
reaksinya berlangsung cepat, dan kuantitatif serta titik akhir dapat dideteksi.
Beberapa reaksi pengendapan berlangsung lambat dan mengalami keadaan lewat
jenuh. Tidak seperti gravimetri, titrasi pengendapan tidak dapat menunggu
sampai pengendapan berlangsung sempurna. Hal yang penting juga adalah hasil kali
kelarutan harus cukup kecil sehingga pengendapan bersifat kuantitatif dalam
batas kesalahan eksperimen. Reaksi samping tidak boleh terjadi demikian juga
kopresipitasi. Keterbatasan pemakaian cara ini disebabkan sedikit sekali
indikator yang sesuai. Semua jenis reaksi diklasifikasi berdasarkan tipe
indikator yang digunakan untuk melihat titik akhir.
Berdasarkan
jenis indikator dan teknik titrasi yang dipakai, maka titrasi Argentometri
dapat dibedakan atas Argentometri dengan metode Mohr, Volhard, atau Fajans.
Selain menggunakan jenis indikator di atas, maka kita juga dapat menggunakan
metode potensiometri untuk menentukan titik ekivalen.
Indikator K2CrO4
digunakan pada titrasi antara ion halida dan ion perak, dimana kelebiha ion Ag+
akan beraksi dengan CrO42- membentuk perak kromat yang
berwarna merah bata (cara Mohr) pada titik ekivalen : Ekivalen Ag+ =
ekivalen Cl-
Indikator
ion Fe3+ dapat digunakan pada titrasi antara ion perak dan ion SCN-,
dimana kelebihan ion SCN- akan bereaksi dengan ion Fe3+
yang memberikan warna merah. Atau dapat juga digunakan pada titrasi antara ion
halida dengan ion perak berlebihan, dan kelebihan ion perak dititrasi dengan
ion tiosianat (cara Volhard).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi titrasi pengendapan adalah :
1. Temperatur,
kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur.
2. Sifat
pelarut. Garam anorganik lebih larut dalam air, berkurangnya kelarutan di dalam
pelarut organik dapat digunakan sebagai dasar pemisahan dua zat.
3. Efek ion
sejenis. Kelarutan endapan dalam air berkurang, jika larutan tersebut
mengandung satu dari ion-ion penyusun endapan.
4. Ion-ion
lain. Endapan berrtambah kelarutannya bila dalam larutan terdapat garam-garam
yang berbeda dengan endapan.
5. Pengaruh pH.
Larutan garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan.
6. Pengaruh
hidrolisis. Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air, akan menghasilkan
perubahan (H+), kation dari spesies garam mengalami hidrolisis
sehingga menambah kelarutannya.
7. Pengaruh
kompleks. Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi konsentrasi zat
lain yang membentuk kompleks dengan kation garam tersebut.
Titrasi Mohr
terbatas untuk larutan dengan nilai pH antara 6 – 10. Dalam larutan yang lebih
basa perak oksida akan mengendap. Dalam larutan asam konsentrasi ion kromat
akan sangat dikurangi, karena HCrO4 hanya terionisasi sedikit
sekali. Lagi pula hidrogen kromat berada dalam kesetimbangan dengan dikromat :
2 H+ + 2 CrO42- " 2 HCrO4
D Cr2O72-
+ H2O
Mengecilnya
konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion perak dengan
sangat berlebih untuk mengendapkan perak kromat, dan karenanya menimbulkan
galat yang besar. Pada umumnya garam dikromat cukup dapat larut.
Metode Mohr
dapat juga diterapkan untuk titrasi ion bromida dengan perak, dan juga ion
sianida dalam larutan yang sedikit agak basa. Efek adsorpsi menyebabkan titrasi
ion iodida dan tiosianat tidak layak. Perak tak dapat dititrasi langsung dengan
ion klorida, dengan menggunakan indikator kromat. Endapan perak kromat yang
telah ada sejak awal, pada titik kesetaraan melarut kembali dengan lambat.
Tetapi, orang dapat menambahkan larutan klorida standar secara berlebih, dan
kemudian menitrasi balik, dengan menggunakan indikator kromat.
Kegunaan
metode Mohr yaitu untuk penetapan kadar Klorida atau Bromida. Prinsip
penetapannya larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak
alkalis dititrasi dengan larutan perak nitrat menggunakan indikator kromat.
Apabila ion klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perak, maka
ion kromat akan bereaksi dengan ion perak membentuk endapan perak kromat yang
berwarna coklat merah sebagai titik akhir titrasi. Larutan standarnya yaitu
larutan perak nitrat menggunakan indikator larutan kalium kromat. Reaksinya:
NaCl + AgNO₃ " AgCl(endapan)
+ NaNO₃
AgNO₃ + KCrO₄ " Ag\CrO4(endapan)
+ KNO₃
Titik akhir titrasi terjadi
perubahan warna pada endapan menjadi merah coklat (Ag2CrO₄). Titrasi harus dilakukan pada suasana netral atau
sedikit alkalis karena:
1. Dalam
suasana asam endapan AgCrO₄ akan larut
karena terbentuk perak dikromat (Ag₂Cr₂O₇).
2. Dalam
suasana basa perak nitrat akan bereaksi dengan ion hidroksida membentuk endapan
perak hidroksida.
AgNO₃ + NaOH " AgOH(endapan)
+ NaNO₃
Gangguan
pada titrasi ini antara lain disebabkan oleh:
1.
Ion yang akan mengendap lebih dulu dari AgCl,
misalnya: F, Br, CNSˉ
2.
Ion yang membentuk kompleks dengan Ag⁺, misalnya: CNˉ, NH₃ diatas Ph 7
3.
Ion yang membentuk kompleks dengan Clˉ, misalnya: Hg²⁺
4.
Kation yang mengendapkan kromat, misalnya: Ba²⁺
Hal yang harus dihindari: cahaya
matahari langsung atau sinar neon karena larutan perak nitrat peka terhadap
cahaya (reduksi fotokimia).
Metode Volhard pertama kali diperkenalkan oleh Jacobus Volhard, ahli kimia
dari Jerman pada tahun 1874. Dengan metode
ini, larutan standar AgNO3 berlebih ditambahkan ke dalam larutan
yang mengandung ion halogen (misalnya Cl-). Kelebihan ion Ag+
dalam suasana asam dititrasi dengan standar garam tiosianat (KSCN atau NH4SCN)
menggunakan indikator larutan Fe3+. Sampai titik ekiuvalen, terjadi reaksi antara titran dan Ag+ membentuk endapan
putih. Kelebihan titran menyebabkan reaksi dengan indikator membentuk senyawa
kompleks tiosianato ferrat (III)
yang berwarna merah.
Kegunaannya
untuk penetapan kadar perak atau garamnya, penetapan kadar halida (Cl, Br, I).
Prinsip penetapan kadar perak ditetapkan dengan cara titrasi langsung. Larutan
standarnya larutan tiosianat (KCSN atau NH₄CNS).
Indikator menggunakan besi (III) amonium sulfat. Titik akhir titrasinya
terbentuk kompleks besi (III) tiosianat Fe(CNS)²⁺ yang larut,
berwarna merah. Reaksinya:
Ag⁺ + NH₄CNS " AgCNS(endapan
putih) + NH₄⁺
Jika Ag⁺ sudah
habis, maka kelebihan 1 tetes NH₄CNS + Fe³⁺ " Fe(CNS)²⁺ + NH₄⁺
Titrasi Ag dengan NH4CNS
dengan garam Fe (III) sebagai indikator adalah contoh metode Volhard, yaitu
pembentukan zat berwarna di dalam larutan. Selama titrasi, AgCNS terbentuk
sedangkan titik akhir tercapai bila NH4CNS yang berlebih bereaksi
dengan Fe (III) membentuk warna merah gelap (FeCNS)2+. Jumlah tiosianat
yang menghasilkan warna harus sangat kecil. Jadi kesalahan pada titik akhir
harus sangat kecil, dengan cara mengocok larutan dengan kuat pada titik akhir
tercapai, agar Ag yang teradsorpsi pada endapan dapat didesorpsi. Pada metode
Volhard untuk menentukan ion klorida, suasana haruslah asam karena pada suasana
basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3 yang ditambahkan
berlebih ke larutan klorida tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag tersebut
kemudian di titrasi balik dengan menggunakan Fe (III) sebagai indikator, tetapi
cara ini menghasilkan suatu kesalahan karena AgCNS kurang larut dibandingkan
AgCl. Sehingga :
AgCl + CNS- " AgCNS + Cl-
Akibatnya lebih banyak NH4CNS
diperlukan sehingga kandungan Cl- seakan-akan lebih rendah. Kesalahan ini dapat
dikurangi dengan mengeluarkan endapan AgCl sebelum titrasi balik berlangsung
atau menambahkan sedikit nitrobenzen, sehingga melindungi AgCl dari reaksi
dengan tiosianat tetapi nitrobenzen akan memperlambat reaksi. Hal ini dapat
dihindari jika Fe(NO3)3 dan sedikit NH4CNS
yang diketahui ditambahkan dulu ke larutan bersama-sama HNO3,
kemudian campuran tersebut dititrasi dengan AgNO3 sampai warna merah
hilang.
Titrasi argentometri dengan cara
fajans adalah sama seperti pada cara Mohr, hanya terdapat perbedaan pada jenis
indikator yang digunakan. Indikator yang digunakan dalam cara ini adalah
indikator absorbsi seperti cosine atau fluonescein menurut macam anion yang
diendapkan oleh Ag+. Titrannya adalah AgNO3 hingga
suspensi violet menjadi merah. pH tergantung pada macam anion dan indikator
yang dipakai. Indikator absorbsi adalah zat yang dapat diserap oleh permukaan
endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini dapat diatur agar
terjadi pada titik ekiuvalen antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai
dan pH. Sebelum titik ekiuvalen tercapai, ion Cl- berada dalam
lapisan primer dan setelah tercapai ekiuvalen maka kelebihan sedikit AgNO3
menyebabkan ion Cl- akan digantikan oleh Ag+ sehingga ion
Cl- akan berada pada lapisan sekunder.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Titrasi
pengendapan atau Argentometri adalah penetapan kadar zat yang didasarkan atas
reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran larutan titer
perak nitrat.
2. Faktor-faktor
yang mempengaruhi titrasi pengendapan adalah : suhu, sifat pelarut, ion
sejenis, aktivitas ion, pH, hidrolisis, hidroksida logam, dan pembentukan
senyawa kompleks.
3. Macam-macam
metode dalam titrasi larutan pengendapan yaitu :
a.
Metode Mohr
Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan nilai pH
antara 6 – 10. Dalam larutan yang lebih basa perak oksida akan mengendap. Dalam
larutan asam konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi, karena HCrO4 hanya
terionisasi sedikit sekali.
Kegunaan metode Mohr yaitu untuk penetapan kadar
Klorida atau Bromida. Prinsip penetapannya larutan klorida atau bromida dalam
suasana netral atau agak alkalis dititrasi dengan larutan perak nitrat
menggunakan indikator kromat.
b.
Metode Volhard
Metode Volhard
pertama kali diperkenalkan oleh Jacobus Volhard, ahli kimia dari Jerman pada
tahun 1874. Dengan metode ini, larutan
standar AgNO3 berlebih ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung
ion halogen (misalnya Cl-). Kelebihan ion Ag+ dalam
suasana asam dititrasi dengan standar garam tiosianat (KSCN atau NH4SCN)
menggunakan indikator larutan Fe3+.
c.
Metode Fajans
Metode ini
dipakai untuk penetapan kadar halida dengan menggunakan indikator adsobsi. Jika
AgNO3 ditambahkan ke NaCl yang mengandung zat berpendar fluor, titik
akhir ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga. Jika
didiamkan, tampak endapan berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan
adanya adsobsi indikator pada endapan AgCl. Warna zat yang terbentuk dapat
berubah akibat adsorpsi pada permukaan.